Sabtu, 25 Oktober 2014

MUHKAM MUTASYABIH

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Salah satu persoalan dari “ulum al-qu’ran’’ yang masih sering terdengar ialah mengenai perselisihan menyangkut masalah ayat-ayat yang muhkam dan ayat-ayat yang mutasabih. Telaah dan perdebatan diseputar masalah ini telah banyak mengisi lembaran khazanah keilmuan islam, terutama menyangkut penafsiran al-qu’ran. Ulama-ulama salaf enggsn menafsirkan ayat-ayat mutasabihat mereka hanya mengimani dan mengamalkan apa yang alloh maksut didalam al-qu’ran. Sedangkan dikalangan ulama mutaakhirin berani menafsirkan atau menakwilkan ayat-ayat mutasabihat.

Muhkam dan mutasabihat adalah salah satu genre dalam kajian-kajian al-qu’ran dan tafsir-tafsir yang penting dan kontroversial sepanjang sejarah. Namun begitu, masalah mendasar dalam literatur muhkam dan mutasabih yakni kurangnya dukungan berupa bukti-bukti internal al-qu’ran dalam berbagai makna yang ditawarkan tetap tak terpecahkan. Berbagai makna muhakam dan mutasabih yang ada selama ini tidaklah dapat diterima sebagai makna historis kedua terma yang sama didalam al-qu’ran. Makna-makna tersebut lebih merupakan makna pasca al-qu’ran yang dituangkan kedalam terma muhakam atau muhkamat dan mutasabih atau mutasabihat yang terdapat dalam al-qu’ran
B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian muhkam dan mutasabihat ?
2.      Bagaimana Dasar-dasar Pembicaraan Muhkam dan Mutasyabih ?
3.       Apa Macam-macam Ayat Mutashabihat ?
4.       Apa Hikmah Adanya Ayat-ayat Muhkamat








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Muhkam dan Mutasyabih dalam Arti Umum
 Menurut bahasa, muhkam berasal dari kata-kata: yang artinya saya menahan binatang itu. Kata al hukum berarti memutuskan antara dua hal atau perkara. Maka
hakim adalah orang   yang   mencegah   yang   zalim   dan memisahkan   antara dua   pihak   yang   bersengketa,   serta memisahkan  antara yang haq dengan yang batil dan antara
 kebenaran dan kebohongan. [1]
Kata "muhkam" dan "mutasyabih" adalah bentuk mudzakkar, digunakan untuk mensifati kata-kata yang mudzakkar, seperti ifhg-kapan; al-Qur'an yang muhkam atau yang mutasyabih. Sedangkan kata "muhkamah" dan "mutasyabihat" adalah bentuk mu'annats untuk mensifati kata yang juga mu'annats, seperti surah dan ayat muhkamah atau  mutasybihat, Al-Qur'an menampilkan kata "muh­kam" yang terkait dengannya sebanyak tiga kali dalam bentuknya yang berbeda-beda, yaitu: muhkamat, uhkimat, dan muhakkamah[2]
Menurut bahasa muhkam berasal dan kata                                yang artinya saya menahan Binatang itu.Kata al-hukm berarti memutuskan antara dua hal atau perkara. Maka hakim adalah orang yang mencegah yang zalim dan memisahkan antara dua pihak yang bersengketa, serta memisahkan antara Yang hak dengan  yang batil dan antara kebenaran dan kebohongan.
Muhkam berarti sesuatu yang dikokohkan. Ihkam al-kalam berarti mengokohkan perkataan dengan memisahkan perkataan yang benar dari yang salah, dan urusan yang lurus dari yang sesat.[3]
ditegaskan dalam firman-Nya Q.S.Hud: 1 ;
Dengan demikian, secara al-ihkam al-amm atau muhkam dalam arti yang umum berarti “Qur’an itu seluruhnya muhkam", maksudnya Qur'an itu kata-katanya kokoh, fasih (indah dan jelas) dan membedakan antara yang haq dan yang batil dan antara yang benar dengan yang dusta.
Adapun mustashabi secara bahasa berarti tashabuh, yakni bila salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Dan shubhat adalah merupakan keadaan dimana salah satu dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena karena adanya kemiripan di antara keduanya secara kongkrit maupun abstrak.[4]
Q.S. al-Baqarah: 25; maksudnya, sebagian buah-buahan surga itu serupa dengan sebagian yang lain dalam hal warna, tidak dalam rasa dan hakikat.[5]
B.     Dasar-dasar Pembicaraan Muhkam dan Mutasyabih
Pengungkapan yang secara terpisah antara muhkam mutasyabihat dapat disimak dalam firman Allah:[6]
 
(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya di muhkamfctm (disusun dengan rapi) serin dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. Q.S.(ll):[7]
Allah telah menurunkan perkataan yang paling batk, yaitu al~Qur'dn yang mutasyabih (yang berupa mutu ayat-ayatnya) dan berulang-ulang, yang karenanya gemetarlah kulit orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka. Q.S.(39J; 23.
Sedangkan pengungkapan yang secara bersamaan terdapat dalam firmanNya:
Dia lah yang telah menurunkan al-Qur'an kepadamu. Di antaranya i terdapat ayat-ayat muhkam yang merupakan induk, dan lainnya mutasyabih. Adapun orang-orang yang didalam hatinya condong ki'fi,i,lJ kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih mil-menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya, padahal tidak adu t//ji-mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang metnlutit" ilmunya berkata: Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyflbllt semuanya itu dari sisi Tuhan kanti. Q.S. (3): 7[8]
Ayat pertama menegaskan, bahwa seluruh kandungan nl Qur'an itu adalah muhkam. Maksudnya ialah bahwa ia itu kukuh dan jelas. Ayat kedua menjelaskan, bahwa seluruh kandungan al Qur'an adalah mutasydhih.
Atas dasar itulah, Ibnu Habib al-Nisaburi mengemukakan tiga pendapat mengenai masalah ini, yaitu: pertama, pendapat yang menyatakan bahwa seluruh ayat al-Quran itu muhkam berdasarkan ayat pertama di atas. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa seluruh ayat al-Qur'an itu mutasyabih, sesuai dengan ayat yang kedua tersebut. Ketiga, pendapat yang menetapkan bahwa sebagian ayat al-Qur'an itu muhkam dan sebagian yang lainnya adalah mutasyabih, dengan berpedornan kepada ayat yang terakhir .disebutkan diatas, dan inilah pendapat yang dianggap lebih sahih.[9]
C.     .  Sebab-sebab Terjadinya Tasyabuh dalam al-Qur’an
Ada beberapa sebab terjadinya tasyabuh dalam Al quran antara lain:[10]
1.   Kesamaran pada lafal ayat
a. Kesamaran pada lafal mufrad
Yang dimaksudi dengan kesamaran pada lafaz mufrad ini adalah adanya lafal tunggal yang maknanya tidak jelas, baik disebabkan karena gharib (asing) ataupun musytarak (bermakna ganda) contoh lafal mufrad yang gharib, misalnya firman Allah dalam surah ‘Abasa (80):31-32, yaitu;  di sini adalah mutasyabih. Kemutasyabihannya terletak pada kegharibannya karena sangat jarang digunakan.
b. Kesamaran pada lafal murakkab
Kesamaran pada lafal murakkab kadang-kadang disebabkan karena lafal-lafal semacam itu terlalu ringkas, panjang atau luas, atau karena “susunan kalimatnya terkesan tidak runtut”. Contoh lafal ayat mutasyabih murakkab yang terlalu ringkas, dapat dijumpai antara lain dalam firman-Nya:
Dan jika kamu khawatir untuk tidak dapat berlaku adil terhadap (hak~ hak) perempuan yatim (yang kamu asuh atau pelihara)^maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi, dua, tiga atau empat. Q.S.(4): 3
2. Kesamaran pada makna ayat
Kesamaran atau ketersernbunyian yang terjadi pada makna ayat, umumnya adalah berupa ayat-ayat mutasyabihat yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah.
Contoh:
Bahwasannya orang-orang yang berjanji setia kepadamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka. Q.S.(48): 10
3.   Kesamaran pada lafal dan makna ayat sekaligus
Kesulitan memahami ayat-ayat mutasyabihat karena kesamaran atau ketersembunyian maksud, juga dapat terjadi pada lafal dan makna secara sekaligus. Namun demikian, kesulitan tersebut akan dapat teratasi apabila seseorang memiliki “sarana” yang memadai untuk menyingkap makna yang tersirat di balik lafal dan maknanya yang tersurat itu.
Sebagai contoh dapat dijumpai dalam firman Allah berikut ini:
Dan bukanlah kebaktian memasuki rumah-rumah dari belakangnya. Akan tetapi kebaktian itu adalah kebaktian orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agarkamu beruntung.QS.(l): 189.
Dalam hubungannya dengan kesamaran pada lafal dan makna ayat tersebut, terdapat lima aspek yang terkait dengannya yaitu:
a.       Aspek kuantitas (al~kammiyah)
Maka bunuhlah orang-orang musyrik itu dimana saja kamu jumpai mereka. Q.S(9):5
Dalam hal ini batas kuantitas yang harus dibunuh masih samar atau belum jelas.
b.      Aspek cara (al-kaifiyah}.
Misalnya, perintah Allah dalam firmanNya:
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, Tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Q.S. (20): 14
Dalam ayat tersebut terdapat kesamaran, dalam hal, bagaimana cara agar selalu dapat mengingat Allah S.W.T.
c.       Aspek waktu (al-waqt, al~zaman).
Misalnya, perintah Allah dalam bertakwa:
Hai orang-orang yag beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa….Q.S.(3):102
Ayat tersebut memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk selalu bertakwa dalam waktu yang tidak terbatas. Waktu yang tidak terbatas tersebut mengandung unsur kesamaran. Sampai kapan batas waktunya bertaqwa itu, tidak dijelaskan.
d.      Aspek tempat (al-makan)
Misalnya, dimana persisnya tempat yang dimaksud oleh ayat tersebut juga masih samar, seperti yang tertera dalam firman Allah:
Dan bukanlah kebajikan memasuki  rumah dari belakangnya…Q.S.(2):189
e.       Aspek syarat (syarath-wasyruih}. Misalnya dalam hal shalat, puasa, haji nikah.

D.   Macam-macam Ayat Mutashabihat
1.   Ayat-ayat mutashabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia, kecuali oleh Allah swt. contohnya, seperti Dhat Allah swt, hakikat sifat-sifat-Nya, waktu datangnya hari kiamat, dan sebagainya.
2.   Ayat-ayat mutashabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contohnya, seperti merinci yang mujmal, menentukan yang mushtarak, meng-qayyid-kan yang mutlak, mcnertibkan yang kurang tertib, dan sebagainya.[11]
3\   Ayat-ayat mutashabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sain, bukan oleh semua orang, apalagi orang awam. Hal-hal ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui oleh Allah swt dan orang-orang yang rasikh (mendalam) ilmu pengetahuannya[12]

        E.   Hikmah Adanya Ayat-ayat Muhkamat
   Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya bagi orang yang kemampuan bahasa Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna dan maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.[13]



F.     FAWATIH AS-SUWAR
Istilah fawatih as--suwar terdiri dari dua kata, yaitu fawatih dan as-suwar. Fawatih merupakan jamak taksir dari  fatihah yang berarti pembuka. Sedangkan as-suwar adalah jamak taksir dari surah, yang berarti surah, dan as-suwar bermakna surah-surah.
Secara istilah fawatih as-suwar berarti suatu ilmu yang mengkaji tentang bentuk-bentuk huruf, kata atau kalimat permulaan surah-surah Al-Qur’an.[14] 
1.      Pandangan dan Sikap Ulama dalam Menghadapi Ayat Mutasyabihat
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa pandangan dan sikap para ulama' dalam menghadapi ayat-ayat mutasyabihat (dalam al-Qur'an tidaklah sama, bahkan terjadi pro dan kontra di antara mereka.
Secara teoretis dapat dikatakan bahwa madzhab khalaf lebih realistis dan lebih dapat memenuhi tuntutan kebutuhan intelektual yang semakin hari semakin berkembang. Sebaliknya madzhab salaf masih tetap sesuai bagi masyarakat yang secara intelektual tidak menuntut penakwilan ayat-ayat mutasyabihat. Dalam hubungan ini, diantara para ulama’ ada yang mengatakan, bahwa madzhab salaf dikatakan lebih aman karena tidak tidak dikhawatirkan jatuh ke dalam penafsiran dan penakwilan yang salah dalam pandangan Allah. Sedangkan madzhab khalaf dikatakan lebih selamat karena dapat mempertahankan pendapatnya dengan argumen yang rasional.[15]
Fawatihus Suwar / pembukaan-pembukaan dari 114 surah-surah Alquran itu ada lO macam.
Istilah fawatih as--suwar terdiri dari dua kata, yaitu fawatih dan as-suwar. Fawatih merupakan jamak taksir dari  fatihah yang berarti pembuka. Sedangkan as-suwar adalah jamak taksir dari surah, yang berarti surah, dan as-suwar bermakna surah-surah.[16]
Secara istilah fawatih as-suwar berarti suatu ilmu yang mengkaji tentang bentuk-bentuk huruf, kata atau kalimat permulaan surah-surah Al-Qur’an, ada bebrapa pembukaan surat dalam al Quran antara lain:[17] 
a)   Pembukaan dengan pujian kepada Allah SWT (Al-Istiftaahu Bits Tsanaa'i)
Pujian kepada Allah SWT itu ada dua macam yaitu:
  Menetapkan sifat-sifat terpuji (Al-Itsbaatu Sifaatil Madhi) , yang memakai salah satu dari dua lafal
Ø  Memakai lafal "hamdalah" (Bilafdzil Hamdalah), yakni dibuka dengan lafal Al-Hamdu Lillaahi, terdapat dalam 5 surah sebagai berikut:
- Surah Al-Fatihah
- Surah Al-An’am
- Surah Al-Kahfi
- Surah Saba’
- Surah Fatir
Ø  Memakai lafal "tabaaraka" yang terdapat dalam dua surah, yaitu:
-Surah Al-Furqan
-Surah Al-Mulk
 Mensucikan Allah .SWT dari sifat-sifat yang negatif (Tanziihu 'An Shifatin Nuqshaan)  yang memakai lafal tasbih, terdapat dalam 7surah, sebagai berikut:
- Surah Al-Isra
- Surah Al-A'la  
- Surah Al-Hadid
- Surah Al-Hasyr
- Surah Ash-Shaaffu
- Surah Al-Jumu’ah
- Surah At-Taghabun

b)    Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus
Pembukaan dengan huruf-huruf ini
1)    Terdiri dari satu huruf (Al-Muwahhadah) dalam 3 surah, sebagai berikut:
- Surah Shaad
- Surah Qaaf
- Surah al-Qalam
2)   Terdiri dari dua huruf (Al-Mutsanna)
(a) Rangkaian huruf “Ha” dan “Mim” ( ﺣﻡ )
- Surah Ghafir atau Al-Mu’min
- Surah As-Sajdah
- Surah Az-Zuhruf
- Surah Ad-Dukhan
- Surah Al-Jatsiah
- Surah Al-Ahqaf
 (b)   Rangkaian huruf "Tha" dan "Ha" ( ﻁﮫ )
 - Surah Thaha
 (c)   Rangkaian huruf “Tha” dan "Sin" ( ﻁس )
-  Surah An-Naml
 (d) Rangkaian huruf "Ya" dan "Sin" ( ڍس )
-   Surah Yasin
3)    Kelompok yang terdiri dari tiga huruf (Al-Mutsallatsatu)
(a) Rangkaian huruf "Alif,Lam, Mim, dalam 6 surah,
- Surah AI-Baqarah
- Surah Ali-Imran
- Surah Al-Ankabut
- Surah Ar-Rum
- Surah Al-Luqrnan
(b)  Rangkaian huruf "Alif, Lam, Ra" ( ﺍﻟﺭ )
Artinya:
- Surat Yunus
- Surah Hud
- Surah Yusuf
- Surah Ibrahim
-   Surah Al-Hijr
(c)  Rangkaian huruf "Tha, Sin, dan Mim." (….)
- Surah Al-Qashash
- Surah Asy-Syu'ara
4) Kelompok yang terdiri dari 4 huruf (Al-Muraaba'ah)
 (a)  Rangkaian yang terdiri dari huruf Alif, Lam, Mim, dan Ra
- Surah Ar-Ra'd
(b) Rangkaian yang terdiri dari huruf Alif, Lam, Mim, Shad (….)
- Surah Al-A’raf
5) Kelornpok yang terdiri dari 5 huruf (Al~Mitkhaamasatu)
(a)   Rangkaian yang terdiri dari huruf Kaf, Ha, Ya, 'Ain, dan Shad (   )
- Surah Maryam
(b)  Rangkaian yang terdiri dari huruf Ha, Mim, 'Ain, Sin, Qaf
- Surah Asy-Syuara
c)    Pembukaan dengan Nida/ panggilan (Al-Istiftaahu Bin Nida')
a.       Surah yang dimulai dengan panggilan (an-nida'}.  Panggilan kepada Nabi menggunakan tiga macam ungkapan, yaitu
Panggilan kepada umat menggunakan dua ungkapan, yaitu

(a) Nida / panggilan yang ditujukan kepada Nabi SAW
- Surah Al-Ahzab
- Surah At-Tahrim
- Surat At-Talaq
- Surat Al-Muzammil
- Surah Al-Muddatstsir
(b)  Nida yang.diiujukan kepada kaum.mukminin
- Surah Al-Maidah
-  Surah Al-Hujurat
(c)   Nida yang ditujukan kepada umat manusia
- Surah An-Nisa
-    Surah Al-Hajji
 rahasia dari pernbukaan surah-surah Alquran memakai nida' (panggilan) ini ialah untuk
memberi perhatian / peringatan, baik kepada Nabi Muhammad SAW atau umat beliau, dan untuk menjadi pedoman dan petunjuk dalam mengarungi laut kehidupan di dunia ini.
d)    Pembukaan dengan Jumlah _KJbabariyali (Al-Istiftaahu Bil Jumalil'Khabariyyati).
1)  Jumlah Isniyah, yang menjadi pembukaan 11 surah-surah.
- Surah At-Taubah
- Surah An-Nur
- Surah Az-Zumar
- Surah Muhammad
- Surah Al-Fath
- Surah Ar-Rahman
- Surah Al-Haqqah
- Surah Nuh
- Surah Al-Qadr
- Surah Al-Qari’ah
- Surah Al-Kautsar
2) Jumlah Fi’liyah yang menjadi pembukaan 12 surah-surah, sebagai berikut:
-          Surah Al-Anfal
-          Surah An-Nahl
-          Surah Al-Anbiya
-          -Surah Al-Mu’minun
-          Surah Al-Qamar
-          Surah Al-Mujadilah
-          Surah Al-Ma’arij
-          Surah Al-Qiyamah
-          Surah Al-Balad
-          Surah Abas
-          Surah Al-Bayinah
-          Surah At-Takatsur
e) Pembukaan dengan smpah / qosam (Al-Istiftaahu Bil Qasami)
Surah yang dimulai dengan qasam (sumpah), yang berjumlah 15 surah. Di antaranya Surah Al-Buruj (85), Al-'Ashr (103) dan Asy-Syams.(91).
1) Sumpah dengan benda-benda angkasa (Al-Qasamu Bil Uluwiyyaati)
Sumpah model ini dipakai pembukaan dalam 8 surah sebagai berikut :
-          Surah As-Shaffat
-          Surah Surah An-Najm
-          Surah Al-Mursalaat
-          Surah An-Nazi’at
-          Surah Al-Buruj
-          Surah Ath-Thariq
-          Surah al-Fajr
-          Surah Asy-Syams
           F. Surah yang dimulai dengan jumlah syarthiyah. Terdapat tujuh surah yang dimulai dengan bentuk seperti ini, di antaranya Sufati Al-Waqi'ah (56), Az-Zalzalah (99). dan An-Nashr (1 10) .
G.    Surah yang dimulai dengan kalimat perintah (al-amr) yang terdiri dari enam surah, yaitu Surah Al-'Alaq^96) , Al-Kafirun (109), Al-Ikhlash (112), An-Nas (114), Al-Falaq (113), dan Al-A’la(87)
H.    Surah yang dimulai dengan pertanyaan (istifham). Terdapat enam surah yang dimulai dengan pertanyaan, di antaranya Surah Al-Insan (76) dan Al-Maun (107).
I.       Surah yang dimulai dengan doa atau harapan. Hal ini berjumlah tiga surah, yaitu Surah Al-Muthaffifin (83). Al-Humazah (109), dan Al-Lahab (111)
J.       Surah yang_dimulai dengan ilat (ta’lil), yaitu Surah Al-Quraisy (106).

1.      Pendapat Para Ulama tentang Huruf Muqaththa'ah
 Sebagian mereka berpendapat, tidak ada orang yang mengetahui maksud dan makna yang tersebut ; hanya Allah yang mengetahuinya. Umumnya para mufassir berpendapat demikian.
Menurut mufassir, huruf-huruf itu menunjukkan kepada sifat-sifat Allah. Seperti alif lam mim diartikan kepada "ana Allahu a’lam” (Aku Allah lebih mengetahui) atau  Allah Latif Majid.
Akan tetapi, kenapa ia ada dalam Alquran dan diletakkan di awal surah?[18]
Pertama, huruf-huruf itu merupakan nama lain surah bersangkutan,
seperti memberi nama surah-surah yang diawali oleh ﺣﻢ dengan iha mim.
Kedua, huruf-huruf itu terdapat di awal surah guna menarik perhatian manusia agar mendengarkan dan memahami Al-Quran, karena biasanya manusia selalu tertarik terhadap sesuatu yang asing atau unik, yang belum pernah didengar.[19]














KESIMPULAN
1.      Secara al-ihkam al-amm atau muhkam dalam arti yang umum berarti “Qur’an itu seluruhnya muhkam", maksudnya Qur'an itu kata-katanya kokoh, fasih (indah dan jelas) dan membedakan antara yang haq dan yang batil dan antara yang benar dengan yang dusta.
Adapun mustashabih secara bahasa berarti tashabuh, yakni bila salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Dan shubhat adalah merupakan keadaan dimana salah satu dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena karena adanya kemiripan di antara keduanya secara kongkrit maupun abstrak.
2.      Habib al-Nisaburi mengemukakan tiga pendapat mengenai masalah dasar-dasar muhkam dan mutasyabih, yaitu:
a.       Seluruh ayat al-Quran itu muhkam berdasarkan ayat di bawah ini :
(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya di muhkam (disusun dengan rapi) sering dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.
b.      Seluruh ayat al-Qur'an itu mutasyabih, sesuai dengan ayat di bawah ini :
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik, yaitu al-Qur'an yang mutasyabih (yang berupa mutu ayat-ayatnya) dan berulang-ulang, yang karenanya gemetarlah kulit orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka.
c.       Sebagian ayat al-Qur'an itu muhkam dan sebagian yang lainnya adalah mutasyabih, dengan berpedornan kepada ayat di bawah ini dan inilah pendapat yang dianggap lebih sahih.
Dia lah yang telah menurunkan al-Qur'an kepadamu. Di antaranya  terdapat ayat-ayat muhkam yang merupakan induk, dan lainnya mutasyabih. Adapun orang-orang yang didalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah...
3.       Macam-macam Ayat Mutashabihat
a.       Ayat-ayat mutashabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia, kecuali oleh Allah swt. contohnya, seperti Dhat Allah swt, hakikat sifat-sifat-Nya, waktu datangnya hari kiamat, dan sebagainya.
b.      Ayat-ayat mutashabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contohnya, seperti merinci yang mujmal, menentukan yang mushtarak, meng-qayyid-kan yang mutlak, mcnertibkan yang kurang tertib, dan sebagainya.
c.       Ayat-ayat mutashabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sain, bukan oleh semua orang, apalagi orang awam. Hal-hal ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui oleh Allah swt dan orang-orang yang rasikh (mendalam) ilmu pengetahuannya.
4.      Hikmah adanya ayat muhkamat :
a.       Menghilangkan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ayat tersebut.
b.      Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi ayat Al Qur’an.
c.       memudahkan umat untuk mengetahui arti dan maksud ayat Al Qur’an.










DAFATAR PUSTAKA
Al qatan Manna’ khalil Manna’ , Study Ilmu Ilmu Alquran, Jakarta : Halim Jaya,2002,
Usman, Ulumul Quran, Yogyakarta :Teras, 2009
Tim Penyusun MKD  IAIN Sunan Ampel, Study Alquran, Surabaya :tp, 2011
 M. yusuf kadar, Study Alquran, Jakarta : Amzah, 2012
Djalal Abdul , Ulumul Quran, Surabaya : Duia Ilmu, 2011









[1]Manna’ khalil Al qatan, Study Ilmu Ilmu Alquran, (Jakarta : Halim Jaya,2002),303
[2] Usman, Ulumul Quran, (Yogyakarta :Teras, 2009), 219
[3] Tim Penyusun MKD  IAIN Sunan Ampel, Study Alquran, (Surabaya :tp, 2011) 237
[4]Tim Penyusun, Alquran, 238
[5] Ibid
[6]Usman, Ulumul Quran, (Yogyakarta :Teras, 2009), 225
[7] Ibid
[8] Usman, Ulumul, 226
[9] Ibid
[10] Usman, Ulumul, 229
[11] Tim Penyusun MKD  IAIN Sunan Ampel, Study Alquran, (Surabaya :tp, 2011), 251
[12] Tim Penyusun, Alquran, 251        
[13] Tim Penyusun, Alquran, 252
[14] Kadar M. yusuf, Study Alquran, (Jakarta : Amzah, 2012), 53-54
[15] Manna’ khalil Al qatan, Study Ilmu Ilmu Alquran, (Jakarta : Halim Jaya,2002), 239
[16] Kadar M. yusuf, Study Alquran, 54
[17] Abdul Djalal, Ulumul Quran, (Surabaya : Duia Ilmu, 2011), 169-180
[18] Kadar M. yusuf, Study Alquran, 57
[19] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar